Monday, August 16, 2010
Toleransi Ala SMA di AS untuk Murid Berpuasa
Toleransi Ala SMA di AS untuk Murid Berpuasa
Jadwal latihan football digeser menjadi malam hari, dari pukul 23 hingga 4 dini hari.
Suatu sekolah di Amerika Serikat (AS) memberi contoh toleransi yang baik bagi murid-murid yang tengah menjalani ibadah puasa. Selama bulan Ramadan, mereka tetap harus berlatih olahraga, namun bisa dilakukan pada malam hari, saat mereka sedang tidak puasa.
Itulah kebijakan Sekolah Menengah Atas (SMA) Fordson di Kota Dearborn, negara bagian Michigan. Mereka mengubah jadwal latihan sepakbola ala Amerika (American Football) bagi para murid yang masuk dalam tim sekolah.
Pasalnya, sebagian besar anggota skuad football itu tengah menjalankan ibadah puasa. Demi tidak mengganggu ritme latihan, jadwal pun selama sebulan digeser menjadi malam hari, dari pukul 23 hingga 4 dini hari.
Kebijakan itu disambut baik oleh seorang pemain football sekaligus siswa SMU Fordson, Adnan Restun, dan teman-temannya. "Kebijakan itu sangat bagus. Soalnya, bila latihan tetap berlangsung di siang hari kita tidak boleh minum karena puasa dan itu bakal menyulitkan karena cuaca pasti panas," kata Restun, yang mengaku rutin menjalankan ibadah puasa sejak berumur 10 tahun.
Perubahan jadwal latihan itu berkat peran pelatih kepala tim football Fordson, Fouad Zaban. Menurut dia, itu adalah pilihan terbaik yang disetujui para pemain. Zaban pun merupakan seorang Muslim dan mantan pemain. Jadi, dia tahu segala kendala dan situasi yang harus dihadapi para murid Muslim selama Ramadan.
Pasalnya, mereka pun tidak bersedia bila waktu latihan dikurangi bila tetap berlangsung pada siang hari. Ini bisa dimengerti, mengingat football merupakan olahraga populer bagi anak sekolah di Dearborn.
Apalagi tim Fordson sedang melakukan persiapan menyambut musim baru turnamen antar sekolah. Tim Football SMU Fordson berhasil empat kali menyabet gelar juara pertama se-negara bagian dan tiga kali juara dua sejak turnamen tahunan itu berlangsung pada 1928.
Kebetulan, perubahan jadwal latihan itu disetujui oleh pihak sekolah, otoritas pendidikan setempat, para orang tua murid, polisi dan para warga yang tinggal di sekitar lapangan football.
Para pemain yang non-Muslim pun tidak keberatan dengan perubahan jadwal di malam hari. William Powell, misalnya. Dia mengaku tadinya kaget dengan perubahan jadwal itu.
Akhirnya, dia ikut serta. Bahkan, Powell pun sempat ikut berpuasa. "Saya coba ikuti kebiasaan mereka dua kali. Tapi susah juga ya menjalankannya," kata murid berusia 17 tahun itu. (Associated Press)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment