Monday, August 16, 2010
Profesi Menyenangkan Tanpa Mengenal Pensiun
Profesi yang masih didominasi lelaki ini tak mengenal pensiun. Karakter tak mudah menyerah dan selalu menantang diri sendiri untuk terus berinovasi, membuat para profesional di bidang ini selalu bersemangat meski usia tak lagi muda.
Dua peneliti perempuan berbeda generasi merasakan sendiri pengalaman ini. Prof Dr Indrawati Gandjar, Profesor Mikologi Universitas Indonesia, menekuni bidang sains sejak masa kuliah di salah satu universitas di Belanda hingga lulus pada 1958. Hingga kini, nenek lima cucu ini masih bersemangat berinovasi.
"Saya kok merasa masih belum puas dan merasa selalu kekurangan waktu untuk terus meneliti," aku perempuan berusia 77 tahun ini kepada Kompas Female, di ajang reuni peneliti perempuan muda di Jakarta beberapa waktu lalu.
Hal yang sama terjadi pada Wiratni, ST, MT, PhD. Peneliti dengan latar belakang akademik di bidang teknik kimia ini mengaku selalu menyukai tantangan baru. Karakter inilah yang melekat dan membuatnya memilih menjadi peneliti. Peneliti, katanya, harus selalu memiliki ide dan menciptakan inovasi baru dengan sumber daya alam yang melimpah sebagai bahan penelitiannya.
"Saya mudah bosan, dan suka tantangan yang terus berganti, kebutuhan ini terpenuhi dengan menjadi peneliti," jelas Wiratni, saat ditanya mengapa tertarik menjadi peneliti.
Namun ada yang sama dari dua perempuan peneliti berbeda generasi ini. Bagi keduanya, profesi peneliti tak mengenal masa pensiun. Kebutuhan inovasi akan terus-menerus dibutuhkan, begitupun dengan kreativitas peneliti dalam melihat kesempatan untuk mencari solusi dari berbagai masalah yang ditemui di lapangan.
Meski peneliti seringkali terkendala kebutuhan biaya yang besar, potensi peneliti perempuan Indonesia masih lebih besar dan mampu meyakinkan berbagai organisasi internasional untuk memberikan bantuan dana penelitian. Karenanya, menurut Wiratni, membangun jaringan yang luas menjadi kebutuhan.
Kebutuhan dana untuk merampungkan penelitian membangun karakter peneliti yang pantang menyerah. Demi mewujudkan ide dan menyelesaikan penelitian, agar hasilnya bisa dimanfaatkan, peneliti memotivasi dirinya mengajukan proposal untuk mendapatkan dukungan finansial. Bahkan, para peneliti harus berkompetisi mendapatkan perhatian penyandang dana, dengan membuat penelitian baru, berbeda dan bermanfaat lebih. Hal inilah yang dilakukan Wiratni dengan mengajukan proposal penelitiannya hingga akhirnya dibiayai dari program L'Oreal - UNESCO for Women in Science pada 2007 lalu.
Kegigihan untuk terus menantang diri menelorkan temuan baru dan mendapatkan pembiayaan dari berbagai institusi, membuat peneliti tak pernah ingin berhenti bekerja.
"Profesi peneliti bukan tanpa harapan. Peneliti juga mendapatkan perhatian dan spotlight dengan prestasinya," imbuh Wiratni, mengkritisi anak muda yang kebanyakan mengejar spotlight dari profesi tertentu saja seperti dunia entertainment.
Sudah waktunya anak muda mengubah mindset-nya, melihat peneliti sebagai profesi yang menyenangkan, memiliki masa depan, serta dibutuhkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment